Minggu, 18 Mei 2014

UPACARA PEMAKAMAN UNIK BANGET

Dari sekian banyak suku yang ada di Nusantara, beberapa praktik pemakaman unik menjadi budaya tersendiri yang menarik untuk dicermati. Berikut beberapa praktik pemakaman unik yang berhasil dihimpun:


1. Pemakaman Adat Toraja
  


Masyarakat Toraja menganggap upacara pemakaman sebagai ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk mencukupi biaya pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

2. Ngaben
  


Merupakan upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben menjadi suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasi atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha.

Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.

3. Trunyan
 


Terunyan merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Di daerah ini terdapat adat pemakaman yang cukup unik. Warga yang telah meninggal jenazahnya dimakamkan di atas batu besar yang memiliki cekungan 7 buah. Jenazah hanya dipagari bambu anyam secukupnya. Uniknya setelah berhari-hari walaupun tidak dibalsem, jenazah tersebut tidak menyebarkan bau busuk.
 
Adat Desa Terunyan mengatur cara menguburkan mayat bagi warganya. Anda akan jumpai tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Jika salah seorang warga Terunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Tapi, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda.

4. Mumifikasi Suku Asmat
 


Mumi merupakan sebuah mayat yang diawetkan. Disebabkan perlindungan dari dekomposisi oleh cara alami atau buatan, sehingga bentuk awalnya tetap terjaga. Ini bisa dicapai dengan menaruh tubuh tersebut di tempat yang sangat kering atau sangat dingin, atau ketiadaan oksigen, atau penggunaan bahan kimiawi.

Mumi paling terkenal adalah mumi yang dibalsam dengan tujuan pengawetan tertentu, terutama dalam Mesir kuno. Di Indonesia praktik ini juga ternyata pernah diterapkan dalam kebudayaan dan sejarah Papua. Adanya praktik mumifikasi pada suku Asmat biasanya hanya dilakukan kepada kepala suku atau komandan perang yang dimumikan dengan bahan-bahan tradisional untuk memuliakan kepentingan sejarah dan religi mereka. Ada 3 mumi di sini; Mumi Aikima di Aikima, Mumi Jiwika di Jiwika dan Mumi Purno di Asologaima. Ketiga mumi ini berada di Wamena.

5. Tradisi Pemakaman Adat Sumba
 


Bagi rakyat Sumba, ritual pemakaman menjadi salah satu acara adat yang sangat esensial. Sebelum dikuburkan, jenazah disemayamkan di rumah adat. Jenazah disemayamkan berbalut kain tenun ikat. Di depan pelataran rumah adat, terdapat seperangkat alat musik tradisional. Sebuah tambur dari kulit sapi, juga gong dengan berbagai ukuran. Para pelayat wanita dipersilakan masuk ke dalam rumah adat, sambil diiringi musik. Mereka duduk melingkar, dan menangisi mendiang. Terkadang di sela-sela tangisannya mereka juga merintih pedih. Sambil menangis, mereka juga menyelipkan pesan-pesan kepada mendiang agar menjaga keluarga mereka yang sudah lebih dulu meninggal. Setiap keluarga akan mendatangi rumah adat, dan bergantian menangisi mendiang. Setiap keluarga yang datang melayat diwajibkan membawa hewan ternak atau tenun ikat sebagai persembahan dan simbol  persaudaraan.


6. Tradisi Penguburan Suku Dayak
  


Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di gua. Di hulu Sungai Bahau dan cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kalimantan Timur, banyak dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik. Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari terbit.

Dalam masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yaitu: dikubur dalam tanah, diletakkan di pohon besar dan dikremasi dalam upacara tiwah. Tiwah sendiri adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di dalam tanah. Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.

Ingin berkunjung? Silahkan dibooking tiketnya di bawah sini:

SRIKANDI TOUR AND TRAVEL; cheaper, faster
Revio Building Lt. 2
Jl. Kaliwaron 58-60 Surabaya 60285
Phone: 082141606278           
BB : 29F6B6B4

Ready Pesawat Dan Kereta Api
Lebih rinci soal paket tour, bisa di contact di atas!

Ingin info, gambar, video unik dan menarik plus tips-tips tentang travelling?
Follow Yuk               : @travelkeren
: @singaporeyuk
: @thailandyuk
: @BaliYuk
Page Facebook:      : Srikandi Tour And Travel
: yukkesingapore
: yukkethailand
Group                        : Travell Keren

Rujukan:http://uniknya.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar